Dalam
melakukan usaha budidaya ikan nila, petani harus mengetahui dan mengerti apa
saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan.
Apabila petani sudah mengetahui teknik dan hal-hal
dalam pembudidayaan ikan patin dengan baik khususnya pada media
keramba, kegiatan
budidaya tidak akan terlalu rumit. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan usahatani ikan ini
adalah pengetahuan mengenai syarat lokasi budidaya, penyiapan sarana dan
prasarana seperti media budidaya, dan peralatan-peralatan pendukung. Media yang biasa digunakan dalam budidaya ikan ini
adalah kolam, jaring apung, dan keramba. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah waring
dan scoopnet (Rachmatun, 2010).
1. Persiapan Wadah dan Media
Pemeliharaan
Persiapan wadah
dan media merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
keberhasilan pembesaran. Keramba adalah
salah satu wadah yang dapat digunakan untuk kegiatan pembesaran
ikan patin. Bahan-bahan yang
diperlukan untuk pembuatan keramba
terdiri dari balok kayu dan
bambu. Balok kayu berfungsi
sebagai rangka dan bambu sebagai dinding dan penutup yang diikatkan
dengan tali nilon pada rangka kayu. Bentuk keramba adalah kotak segi empat yang
pada bagian bawahnya terbuka dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 2 meter
dan tinggi 1,5 meter. Penempatan keramba
adalah 2/3 di dalam air
dan 1/3 diatas permukaan air. Pada bagian tengah penutup keramba dibuat lubang terbuka
berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan pengontrolan
ikan.
Di bagian dalam
karamba dimasukkan jaring yang diikat pada dinding keramba, sebagai wadah penampung
ikan patin yang dipelihara. Ukuran mata jaringnya
lebih kecil
dari ukuran benih ikan patin yang ditebar. Jaring
ukuran tersebut sudah tersedia dan mudah dibeli di pasaran.
Karamba ditempatkan
di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 –
40 karamba. Penempatannya secara
berpasangan dan diantara
pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi sebagai tempat pengikat,
sekaligus sebagai pelampung karamba. Di
antara tiap karamba dibuat
jalan penghubung dari papan kayu. Kedua ujung bambu
tersebut di ikat pada tiang
yang ditancapkan kedasar sungai sebagai penahan agar karamba tidak terbawa arus air
sungai. Untuk setiap kelompok,
diatas bambu pelampung dibuat
pondok
ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas yang jaga di malam hari.
Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun
rumbia atau nipah
2. Penebaran Benih
Setelah wadah
dan media siap, maka dilakukan penebaran benih. Sebelum dilakukan penebaran,
dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress. Proses aklimatisasi ini dengan
cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan
ke bak atau kantong benih agar
kualitas airnya sama. Benih yang digunakan
untuk pembesaran adalah benih yang memiliki berat antara 50 – 100g/ekor
dengan kepadatan 100 – 200 ekor/m3. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan
pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak
stress, sebelum ikan di tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi
lingkungan) sekitar 5-10 menit.
3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan
faktor penting dalam pertumbuhan ikan. Pemberian pakan
pada ikan patin dibedakan sesuai
ukuran ikan. Pada umur ikan satu
bulan pertama diberikan
pakan berupa pakan dengan butiran halus dan selanjutnya pakan dengan
butiran yang agak besar dan
kemudian butiran yang besar yang telah disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan.
Jumlah pakan
yang diberikan sebanyak 3 – 4% dari berat biomass/hari, pada bulan pertama
pemeliharaan diberikan pakan sebanyak 4% dan saat bulan kedua
diberikan sebanyak 3% dari berat
biomass. Frekuensi pemberian
pakan sebanyak
dua kali sehari yaitu pada pagi dan
sore hari.
4. Kualitas air
Kualitas air
merupakan salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan.
Adapun
parameter kualitas air meliputi
a) Suhu. Suhu air pada umumnya
ditentukan oleh suhu udara, sedangkan suhu udara
dipengaruhi oleh ketinggian lokasi
dari muka laut. Semakin tinggi lokasi di atas muka laut semakin rendah
suhu udaranya dan sebaliknya). Suhu air merupakan
salah satu
sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan
badan ikan. Perubahan
suhu yang mendadak menyebabkan ikan mati, meskipun
kondisi lingkungan lainnya optimal
(Purnamawati, 2002). Menurut Kordi (2005) suhu untuk pemeliharaan ikan
patin yang optimal yaitu 25-33oC.
b) Kecerahan. Kecerahan
merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan
menggunakan Secchi disk. Secchi disk dikembangkan oleh profesor secci pada sekitar abad
19, yang berusaha menghitung tingkat kekeruhan air secara kuantitatif. Tingkat
kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan
kecerahan Secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi,
2003). Perairan
yang aman bagi ikan patin adalah perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari hingga
kedalaman lebih dari 40 cm.
c) Derajat keasaman (pH). Derajat
keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana
asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu perairan dipengaruhi
oleh konsentrasi CO2 dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana, 2002). Menurut
Khairuman dan Sudenda (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang panjang
terhadap derajat keasaman yaitu antara 5,0-9,0 dan derajat keasaman yang optimum
adalah 7,0. pH antara 6,5-9
merupakan kadar optimum untuk
pertumbuhan ikan dan pH 11 merupakan titik mati basa (Boyd, 1981 dalam Purnamawati 2002).
d) Oksigen terlarut (DO). Kandungan
oksigen yang optimal untuk pemeliharaan ikan patin yaitu antara 5-6 ppm. Peningkatan
kandungan oksigen dalam air dapat dilakukan dengan aerasi, filter mekanis dan
penambahan bahan penyegar. Dengan aerasi berarti oksigen atau udara bebas dialirkan
ke dalam air sehingga dapat menempati rongga-rongga yang ditinggalkan oleh gas
yang lebih ringan yang terusir.
Dengan filter
mekanis berarti mengurangi kandungan bahan organik dan koloid dalam air
sehingga memungkinkan oksigen atau udara bebas memasuki rongga dalam air.
Dengan penambahan bahan penyegar berarti memasukkan bahan yang dapat mengikat
gas-gas dalam air sehingga rongga yang ditinggalkan dapat
diisi oleh oksigen atau udara bebas
(Kordi, 2005)
e) Laju/Kecepatan Arus Air. Laju/kecepatan
(rate) pertukaran air di dalam sebuah keramba berbanding langsung dengan laju
aliran air dan jarak linier yang melintasi keramba; oleh karenanya, semakin
kecil keramba semakin besar laju pertukaran air potensialnya. Laju aliran air sebesar
1 m/menit akan berganti air satu kali dalam satu menit dalam keramba dengan lebar
sisi 1-m (1-m3), tetapi hanya satu kali dalam tujuh menit dalam keramba dengan
lebar sisi 7-m (98-m3) Schimittou, dkk., (2004). Kecepatan arus yang ideal untuk
pembesaran adalah antara 15-30 cm/detik.
5. Hama dan Penyakit
Penyakit ikan
adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Gangguan terhadap ikan
dapat disebabkan oleh organisme
lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang
kurang menunjang kehidupan ikan. Jadi
timbulnya serangan penyakit ikan di bak
merupakan hasil interaksi yang
tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan
organisme penyakit.
a) Bintik Putih (White spot)
Penyakit bintik putih biasa
menyerang benih ikan patin. Penyakit bintik putih dapat diketahui dengan
gejala seperti benih berenang di permukaan kolam. Apabila diperhatikan, badan
benih ikan patin terdapat bintik-bintik putih dan nafsu makan berkurang. Cara
mengatasi penyakit ini dengan menyurutkan air kolam sampai setengah, kemudian di
beri garam sampai salinitas 3 ppt (30 garam/10 liter) disertai
peningkatan suhu air media sampai
310C (Hernowo, 2001).
b) Bakteri
Menurut Khairuman (2002), penyakit
bakteri yang dapat menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas
sp. Bakteri ini menyerang
bagian perut, dada
dan pangkal sirip sehingga menimbulkan pendarahan dan lendir di tubuh berkurang yang
dicirikan dengan kulit ikan terasa kasap ketika diraba. Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah dengan
merendam ikan ke dalam larutan PK (Kalium
Permangnat) 10-20 ppm selama 30-60
menit. Cara lain dengan
merendam ikan ke
dalam larutan Nitrofuran 5-10 ppm
selama 12-24 jam atau larutan Oksiterrasiklin 5
ppm selama 24 jam.
c) Jamur
Selain parasit dan bakteri, infeksi
jamur juga dapat menimbulkan penyakit. Jamur datang karena
adanya luka-luka di bagian badan ikan. Penyebab luka dikarenakan penanganan
yang kurang baik pada saat pemanenan atau pengangkutan. Jamur yang menyerang ikan
patin dari golongan Achlya sp. Dan Saprolegnia sp.
Ciri-ciri ikan yang terkena jamur adalah bagian tubuh terluka, terutama pada tutup
insan, sirip dan bagian punggung ditumbuhi benang-benang halus, seperti kapas
yang berwarna putih hingga kecoklatan. Pencegahan
dapat dilakukan
dengan menjaga kualitas air sesuai kebutuhan ikan dan menjaga agar ikan tidak mengalami
luka-luka pada bagian tubuh seperti tutup insang, sirip dan bagian punggung. Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah dengan merendamnya ke dalam larutan Malachyte
Green Oxalate (MGO) dengan dosis 2-3 g/m3 air selama 30 menit. Pengobatan
dilakukuan hingga tiga hari berturut-turut agar ikan patin benarbenar sembuh (Khairuman,
2002).
6. Panen
Pemanenan adalah
saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin. Meski
terlihat sederhana pemanenan juga
perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan
tidak mengalami kerusakan,kematian,
cacat saat dipanen. Untuk pemanenan ikan di
keramba, dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap
lainnya.
Penanganan saat
pemanenan harus hati-hati dan
menghindari
adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan. Penangkapan
langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka
terkena patil atau duri sirip ikan. Untuk menjaga mutu ikan
yang dipanen,
sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen
dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap
hidup dan tidak stress.
Untuk pemanenan
pada pemeliharaan di kolam tanah, dilakukan dengan cara mengeringkan kolam
hingga air yang tersisa hanya di kemalir saja. Ikan yang berada di kemalir
diambil dengan menggunakan jarring. Ikan digiring ke arah saluran pembuangan
kemudian diangkat dan ditampung pada tempat penampungan. Penangkapan
ikan dengan menggunakan jala sebaiknya tidak dilakukan karena
akan mengakibatkan ikan mengalami
luka-luka.
7. Pasca Panen
Penanganan
pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan
segar.
mantap musiknya sehingga menyenangkan membaca tulisan anda
BalasHapusKeren sob
BalasHapuswww.kiostiket.com
jos,
BalasHapus