Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya alam
dan hasil pertaniannya. Berbagai hasil pertanian mulai dari tanaman perkebunan,
hortikultura, sayur-sayuran, buah-buahan, hingga hasil hutan dapat dihasilkan
oleh Indonesia. Indonesia sendiri mampu mengekspor beberapa produk pertaniannya
meskipun beberapa diantaranya masih ada yang diimpor dikarenakan jumlah
produksi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi seluruh
masyarakat Indonesia.
Sampai saat ini, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan
mentah saja dan nilai tambahnya diterima oleh Negara lain. Sebagai contoh,
Indonesia hanya mampu mengekspor singkong tanpa diolah. Singkong yang dikenal
sebagai makanan kampungan dan hanya kita kenal sebagai bahan pangan saja, ternyata
memiliki nilai tambah yang luar biasa. Di Jepang, singkong dapat diolah menjadi
minuman “sake” yang tentunya memiliki harga jual yang lebih tinggi. Bahkan di Negara
lain, singkong bisa dijadikan obat-obatan antibiotik. Bayangkan saja jika kita
menjual singkong ke luar negeri dengan harga 1000 rupiah per kilogramnya.
Kemudian di Negara lain, 1 kilogram singkong tersebut dapat diolah menjadi
sebotol antibiotik dan kita misalkan antibiotik tersebut dijual dengan harga
15.000 rupiah per botolnya. Berapa nilai tambah dan keuntungan yang didapatkan
Negara lain dari singkong ini? Tentunya akan sangat tinggi. Dan yang lebih
mirisnya lagi, antibiotik tadi kembali diekspor ke Indonesia dengan harga yang
lebih tinggi lagi, padahal bahan baku awalnya berasal dari Negara kita.
Dalam hal ini saya akan mencontohkan sebuah teknologi yang telah diciptakan oleh Negara China dimana Negara ini membuat sebuah alat canggih yang dapat mengubah limbah suatu produk pertanian menjadi sesuatu yang bermanfaat. Teknologi ini dinamakan greenware. Teknologi ini memanfaatkan limbah berupa serbuk dari kelapa sawit dan dapat dijadikan styrofoam. Alat ini sangat canggih karena bisa menghasilkan styrofoam dengan cepat. Styrofoam yang ada saat ini sangat tidak ramah lingkungan dan membutuhkan waktu yang lama untuk diuraikan. Styrofoam yang berasal dari limbah serbuk kelapa sawit ini tentu saja akan ramah lingkungan. Namun sangat disayangkan Indonesia belum memiliki teknologi tersebut.
Lihatlah betapa sangat dibutuhkannya teknologi dalam bidang pertanian ini. betapa kayanya Indonesia ini jika memiliki technopreneur-technopreneur yang sadar akan hal ini. Indonesia akan sangat kaya dan betapa banyaknya rakyat yang akan hidup sejahtera jika Indonesia mampu menciptakan teknologi untuk bidang pertanian dan menciptakan berbagai macam produk yang berasal dari pertanian termasuk limbahnya. Semoga kelak akan ada technopreneur-tecnopreneur yang mampu menciptakan teknologi-teknologi canggih untuk kemajuan Indonesia itu sendiri.
link MBA ITB
fanpage lomba MBA ITB
_Nurul Utari_
link MBA ITB
fanpage lomba MBA ITB