Selasa, 16 Juli 2013

pengolahan ikan patin menjadi kerupuk

Ikan patin merupakan salah satu ikan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan bisa diolah menjadi berbagai macam olahan. Salah satu olahan ikan patin yang cukup terkenal yaitu pindang ikan patin yang sekaligus juga menjadi masakan Palembang. Sebenarnya ikan patin ini juga bisa diolah menjadi bentuk lain seperti fillet, nugget dan kerupuk.
Pengolahan ikan patin yang dilakukan praktikan adalah bentuk pengolahan ikan patin menjadi kerupuk. Tujuannya adalah untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa ikan patin bisa diolah menjadi kerupuk dengan rasa yang sangat gurih.  Beberapa orang tidak menyukai ikan patin dengan alasan sifat ikan patin yang terlalu lembek sehingga beberapa konsumen merasa jijik. Maka dari itu, diperkenalkanlah produk olahan lain dari ikan patin yang dirasa mampu menjadikan ikan patin mau dikonsumsi oleh siapa saja karena pada dasarnya setiap orang menyukai kerupuk.  Terlebih lagi ikan patin yang telah diolah menjadi kerupuk tidak akan terlihat lagi sifatnya yang lembek.
Pengolalah ikan patin menjadi kerupuk bisa dilakukan secara sederhana seperti membuat kerupuk pada umumnya dimana adonan awalnya seperti membat pempek.  Rasa yang gurih setelah menjadi kerupuk pun menjadikan ikan patin lebih memiliki nilai tambah. Prospek usaha pengolahan ikan patin menjadi kerupuk ini drasa perlu ditingkatkan untuk memenuhi selera konsumen. Selain itu, ikan patin yang diolah menjadi kerupuk akan tahan lebih lama dan bisa dikirim ke luar kota.

1.      Persiapan bahan dan peralatan
Dalam pengolahan ikan patin menjadi kerupuk, bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain daging ikan patin, tepung tapioka, bawang putih, penyedap rasa, soda, telur, air es, garam dan minyak goreng. Alat-alat yang dIbutuhkan tidak terlalu banyak diantaranya kompor, wajan, piring, baskom plastik, blender, talenan, pisau kecil, serok dan solil serta penumbuk bumbu.

2.      Penghalusan ikan dan bumbu
Penghalusan ikan patin bisa dilakukan dengan cara memisahakan daging ikan dan kulit terlebih dahulu. Selanjutnya daging ikan patin yang telah terpisah dari kulitnya tadi dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan bumbu dengan menggunakan blender.  Dalam melakukan proses pemisahan daging ikan dengan kulir, pastikan bahwa tidak ada lagi duri ikn maupun sisa kulit ikan yang masih menempel. Hal ini akan menyebabkan hasil kerupuk menjadi tidak baik.
Bumbu yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk ikan patin ini dimaksudkan untuk memberikan rasa yang lebih gurih terhadap kerupuk ikan patin. Bumbu yang digunakan cukup sederhana yaitu hanya berupa garam, sedikit gula, penyedap rasa, bawang putih dan sedikit bawang merah. 

3.      Pembuatan adonan dan perebusan
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah penghalusan daging ikan adalah membuat adonan.  Pembuatan adonan ini dilakukan dengan cara mencampurkan daging ikan patin halus dengan tepung tapioka. Caranya yaitu dengan memasukkan tepung tapioka sedikit demi sedikit sambil diaduk menggunakan tangan dan dicampur dengan 3 butir telur ayam. Tambahkan juga soda dan air es. Aduk terus hingga adonan tidak lagi lengket di tangan.
            Setelah membuat adonan, hal yang selanjutnya dilakukan adalah membentuk adonan tersebut. Bentuk adonan yang bisa dibuat sebenarnya tergantung selera. Dalam hal ini praktikan membuat adonan dengan bentu bulat memanjang seperti adonan pempek.
Setelah adonan dibentuk, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perebusan. Perebusan ini dilakukan selama beberapa menit pada air yang sudah dipanaskan di atas kompor dan tinggal menunggu sampai adonan mengapung. Setelah adonan mengapung, baru dinginkan sebentar.
4.        Pemotongan dan penjemuran
Setelah adonan ditiriskan dan didingankan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan pemotongan adonan tersebut tipis-tipis untuk dibuat kerupuk.  Pemotongan ini harus dilakukan secara benr yaitu dengan menggunakan alat pemotongan khusus.  Namun jika tidak ada, bisa digunakan pisau biasa. Pisau yang digunakan adalah pisau yang tajam sehingga hasil pemotongan tidak buruk. Pemotongan ini dilakukan dengan memotong adonan dengan tebal kurang lebih beberapa millimeter saja.  Adonan yang dipotong terlalu tebal dapat menyebabkan kerupuk sulit untuk dikeringkan dan menjadi tidak renyah saat digoreng.  Maka dari itu, pemotongan ni merupakan hal yang paling penting agar bentuk kerupuk menjadi lebih bagus dan berhasil saat digoreng. Sebenarnya lebih baik lagi jika pada saat membentuk adonan langsung ditipiskan dan tidak perlu dibuat seperti pempek. Berikut ini gambar pemotongan adonan.
Setelah melakukan pemotongan adonan, langkah selanjutnya adalah melakukan penjemuran. Penjemuran ini bisa dilakukan dengan cara menjemurnya di luar rumah sehingga terkena sinar matahari langsung. Untuk lama penjemuran tersebdiri tergantung pada keadaan cuaca. Apabila cuaca sangat cerah, maka sehati saja sudah cuku untuk menjemur adonan tadi.  setelah adonan kering, maka hal terakhir yang dilakukan yaitu dengan menggoreng kerupuk. Berikut ini adalah gambar pada saat penjemuran kerupuk.

Budidaya Ikan Patin Pada Keramba Apung



Dalam melakukan usaha budidaya ikan nila, petani harus mengetahui dan mengerti apa saja yang harus dipersiapkan dan dilakukan.   Apabila petani sudah mengetahui teknik dan hal-hal dalam pembudidayaan ikan patin dengan baik khususnya pada media keramba, kegiatan budidaya tidak akan terlalu rumit.   Hal-hal yang harus dilakukan sebelum pelaksanaan usahatani ikan ini adalah pengetahuan mengenai syarat lokasi budidaya, penyiapan sarana dan prasarana seperti media budidaya, dan peralatan-peralatan pendukung.   Media yang biasa digunakan dalam budidaya ikan ini adalah kolam, jaring apung, dan keramba.  Sedangkan peralatan yang digunakan adalah waring dan scoopnet (Rachmatun, 2010).

1. Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Persiapan wadah dan media merupakan salah satu kegiatan yang menunjang
keberhasilan pembesaran.  Keramba adalah salah satu wadah yang dapat digunakan untuk kegiatan pembesaran ikan patin.  Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan keramba terdiri dari balok kayu dan bambu.  Balok kayu berfungsi sebagai rangka dan bambu sebagai dinding dan penutup yang diikatkan dengan tali nilon pada rangka kayu.  Bentuk keramba adalah kotak segi empat yang pada bagian bawahnya terbuka dengan ukuran panjang 4 meter, lebar 2 meter dan tinggi 1,5 meter. Penempatan keramba adalah 2/3 di dalam air dan 1/3 diatas permukaan air. Pada bagian tengah penutup keramba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan pengontrolan ikan.
Di bagian dalam karamba dimasukkan jaring yang diikat pada dinding keramba, sebagai wadah penampung ikan patin yang dipelihara.  Ukuran mata jaringnya lebih kecil dari ukuran benih ikan patin yang ditebar.  Jaring ukuran tersebut sudah tersedia dan mudah dibeli di pasaran.
Karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 – 40 karamba.  Penempatannya secara berpasangan dan diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi sebagai tempat pengikat, sekaligus sebagai pelampung karamba.  Di antara tiap karamba dibuat jalan penghubung dari papan kayu.  Kedua ujung bambu tersebut di ikat pada tiang yang ditancapkan kedasar sungai sebagai penahan agar karamba tidak terbawa arus air sungai.  Untuk setiap kelompok, diatas bambu pelampung dibuat pondok ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas yang jaga di malam hari. Rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun rumbia atau nipah

2. Penebaran Benih
Setelah wadah dan media siap, maka dilakukan penebaran benih. Sebelum dilakukan penebaran, dilakukan aklimatisasi agar benih tidak stress.  Proses aklimatisasi ini dengan cara menambahkan sedikit demi sekit air kolam pemeliharaan
ke bak atau kantong benih agar kualitas airnya sama.  Benih yang digunakan untuk pembesaran adalah benih yang memiliki berat antara 50 – 100g/ekor dengan kepadatan 100 – 200 ekor/m3. Penebaran benih ikan sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pagi hari saat kondisi perairan tidak terlalu panas. Agar ikan tidak stress, sebelum ikan di tebarkan, perlu dilakukan aklimatisasi (Penyesuaian kondisi lingkungan) sekitar 5-10 menit.

3. Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan faktor penting dalam pertumbuhan ikan. Pemberian pakan
pada ikan patin dibedakan sesuai ukuran ikan.  Pada umur ikan satu bulan pertama diberikan pakan berupa pakan dengan butiran halus dan selanjutnya pakan dengan
butiran yang agak besar dan kemudian butiran yang besar yang telah disesuaikan
dengan bukaan mulut ikan.
Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3 – 4% dari berat biomass/hari, pada bulan pertama pemeliharaan diberikan pakan sebanyak 4% dan saat bulan kedua
diberikan sebanyak 3% dari berat biomass.  Frekuensi pemberian pakan sebanyak
dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.

4. Kualitas air
Kualitas air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan.  Adapun parameter kualitas air meliputi
a) Suhu. Suhu air pada umumnya ditentukan oleh suhu udara, sedangkan suhu udara
dipengaruhi oleh ketinggian lokasi dari muka laut. Semakin tinggi lokasi di atas muka laut semakin rendah suhu udaranya dan sebaliknya).  Suhu air merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi nafsu makan ikan dan pertumbuhan
badan ikan.  Perubahan suhu yang mendadak menyebabkan ikan mati, meskipun
kondisi lingkungan lainnya optimal (Purnamawati, 2002).  Menurut Kordi (2005) suhu untuk pemeliharaan ikan patin yang optimal yaitu 25-33oC.
b) Kecerahan.  Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan Secchi disk. Secchi disk dikembangkan oleh profesor secci pada sekitar abad 19, yang berusaha menghitung tingkat kekeruhan air secara kuantitatif.  Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai yang dikenal dengan kecerahan Secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003).  Perairan yang aman bagi ikan patin adalah perairan yang dapat ditembus oleh sinar matahari hingga kedalaman lebih dari 40 cm.
c) Derajat keasaman (pH).  Derajat keasaman atau pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa suatu perairan. Derajat keasaman suatu perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa yang bersifat asam (Lesmana, 2002).  Menurut Khairuman dan Sudenda (2002), ikan patin mempunyai toleransi yang panjang terhadap derajat keasaman yaitu antara 5,0-9,0 dan derajat keasaman yang optimum adalah 7,0.   pH antara 6,5-9 merupakan kadar optimum untuk pertumbuhan ikan dan pH 11 merupakan titik mati basa (Boyd, 1981 dalam Purnamawati 2002).
d) Oksigen terlarut (DO).  Kandungan oksigen yang optimal untuk pemeliharaan ikan patin yaitu antara 5-6 ppm.   Peningkatan kandungan oksigen dalam air dapat dilakukan dengan aerasi, filter mekanis dan penambahan bahan penyegar. Dengan aerasi berarti oksigen atau udara bebas dialirkan ke dalam air sehingga dapat menempati rongga-rongga yang ditinggalkan oleh gas yang lebih ringan yang terusir.
Dengan filter mekanis berarti mengurangi kandungan bahan organik dan koloid dalam air sehingga memungkinkan oksigen atau udara bebas memasuki rongga dalam air. Dengan penambahan bahan penyegar berarti memasukkan bahan yang dapat mengikat gas-gas dalam air sehingga rongga yang ditinggalkan dapat
diisi oleh oksigen atau udara bebas (Kordi, 2005)
e) Laju/Kecepatan Arus Air.  Laju/kecepatan (rate) pertukaran air di dalam sebuah keramba berbanding langsung dengan laju aliran air dan jarak linier yang melintasi keramba; oleh karenanya, semakin kecil keramba semakin besar laju pertukaran air potensialnya. Laju aliran air sebesar 1 m/menit akan berganti air satu kali dalam satu menit dalam keramba dengan lebar sisi 1-m (1-m3), tetapi hanya satu kali dalam tujuh menit dalam keramba dengan lebar sisi 7-m (98-m3) Schimittou, dkk., (2004). Kecepatan arus yang ideal untuk pembesaran adalah antara 15-30 cm/detik.

5. Hama dan Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan
pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Gangguan terhadap ikan
dapat disebabkan oleh organisme lain, pakan maupun kondisi lingkungan yang
kurang menunjang kehidupan ikan.  Jadi timbulnya serangan penyakit ikan di bak
merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara ikan, kondisi lingkungan dan
organisme penyakit.
a) Bintik Putih (White spot)
Penyakit bintik putih biasa menyerang benih ikan patin. Penyakit bintik putih dapat diketahui dengan gejala seperti benih berenang di permukaan kolam.  Apabila diperhatikan, badan benih ikan patin terdapat bintik-bintik putih dan nafsu makan berkurang.  Cara mengatasi penyakit ini dengan menyurutkan air kolam sampai setengah, kemudian di beri garam sampai salinitas 3 ppt (30 garam/10 liter) disertai
peningkatan suhu air media sampai 310C (Hernowo, 2001).
b) Bakteri
Menurut Khairuman (2002), penyakit bakteri yang dapat menyerang ikan patin adalah Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.  Bakteri ini menyerang bagian perut, dada dan pangkal sirip sehingga menimbulkan pendarahan dan lendir di tubuh berkurang yang dicirikan dengan kulit ikan terasa kasap ketika diraba.  Pengobatan
yang dapat dilakukan adalah dengan merendam ikan ke dalam larutan PK (Kalium
Permangnat) 10-20 ppm selama 30-60 menit.  Cara lain dengan merendam ikan ke
dalam larutan Nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam atau larutan Oksiterrasiklin 5
ppm selama 24 jam.
c) Jamur
Selain parasit dan bakteri, infeksi jamur juga dapat menimbulkan penyakit.  Jamur datang karena adanya luka-luka di bagian badan ikan. Penyebab luka dikarenakan penanganan yang kurang baik pada saat pemanenan atau pengangkutan. Jamur yang menyerang ikan patin dari golongan Achlya sp. Dan Saprolegnia sp. Ciri-ciri ikan yang terkena jamur adalah bagian tubuh terluka, terutama pada tutup insan, sirip dan bagian punggung ditumbuhi benang-benang halus, seperti kapas yang berwarna putih hingga kecoklatan.  Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kualitas air sesuai kebutuhan ikan dan menjaga agar ikan tidak mengalami luka-luka pada bagian tubuh seperti tutup insang, sirip dan bagian punggung.  Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan merendamnya ke dalam larutan Malachyte Green Oxalate (MGO) dengan dosis 2-3 g/m3 air selama 30 menit.  Pengobatan dilakukuan hingga tiga hari berturut-turut agar ikan patin benarbenar sembuh (Khairuman, 2002).

6. Panen
Pemanenan adalah saat yang ditunggu pada budi daya ikan patin.  Meski
terlihat sederhana pemanenan juga perlu memperhatikan beberapa aspek agar ikan
tidak mengalami kerusakan,kematian, cacat saat dipanen.  Untuk pemanenan ikan di keramba, dilakukan dengan menggunakan serok atau alat tangkap lainnya.
Penanganan saat pemanenan harus hati-hati dan menghindari adanya luka karena dapat menurunkan mutu dan harga jual ikan.  Penangkapan langsung menggunakan tangan sebaiknya tidak dilakukan karena tangan bisa terluka terkena patil atau duri sirip ikan.  Untuk menjaga mutu ikan yang dipanen, sehari sebelum dipanen biasanya pemberian pakan dihentikan (diberokan). Ikan patin yang dipanen dimasukkan dalam wadah yang telah diisi dengan air jernih sehingga ikan tetap hidup dan tidak stress.
Untuk pemanenan pada pemeliharaan di kolam tanah, dilakukan dengan cara mengeringkan kolam hingga air yang tersisa hanya di kemalir saja. Ikan yang berada di kemalir diambil dengan menggunakan jarring. Ikan digiring ke arah saluran pembuangan kemudian diangkat dan ditampung pada tempat penampungan.  Penangkapan ikan dengan menggunakan jala sebaiknya tidak dilakukan karena
akan mengakibatkan ikan mengalami luka-luka.

7. Pasca Panen
Penanganan pascapanen ikan patin dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.